New Movie Faith and the City

Kelanjutan kisah perjalanan di buku sebelumnya, Bulan Terbelah di Langit Amerika. Mengangkat topik tentang peran media massa dalam mencitrakan Islam di mata dunia

Kuliah Hak Segala Bangsa

Kuliah kilat gratis...tis...tisss... yang bisa diakses kapan saja, dimana saja hanya di Youtube KHSBPositivi

9 Dec 2014

Film 99 Cahaya

Miliki DVD Film 99 Cahaya di Langit Eropa , Klik Disini




8 Dec 2014

Join in team "Bulan Terbelah di Langit Amerika "


7 Nov 2014

Karena Saya Tidak Mengidap Alzheimer


     Seperti saya mengingat benar tanggal kelahiran saya, begitu pula saya ingat benar Bapak mengatakan kepada saya –yang tengah menangis tergugu dipojok ruang perawatan RS PKU Muhammadiyah Solo : ’’Everything would be all right honey…Lihatlah…Simbah saja sudah tersenyum-senyum’’.

     Saya tersenyum getir. Would be all right. Artinya hanya ‘akan’, suatu andai-andai. Ini sedang tidak baik. Saya tahu Bapak, sedang membesarkan hati saya. Saya menatap Simbah, nenek saya, Sudalmiyah Syuhud Rais, ibunda Bapak yang gemar mewiru jarik bawahannya sambil ia terus bertanya : ’’Kapan saya bisa pulang ke rumah, Mien? Apa rumahnya sudah selesai direnovasi?’’. Nenek menanyakan itu puluhan kali dalam sehari sebanyak ia menanyakan apakah dirinya sudah sholat fardhu atau belum. ’’Aku sudah sholat apa belum, ya?’’, sebutnya beberapa kali walaupun ia baru 15 menit yang lalu menunaikannya.
Penyakit itu, Alzheimer, telah merenggut sedikit memori di otaknya. Ia tak bisa mengingat-ingat lagi apa yang baru saja terjadi, atau sesuatu yang tak menancap erat di lobus-lobus otaknya.

     Penyakit itu laksana geledek yang menyambar diriku, karena ia tak pernah lagi mengenaliku, cucunya yang akan menjadi dokter satu satunya di keluarga. Namun penyakit itu juga laksana embun di pagi hari, karena ia tak akan pernah mengingat bahwa rumahnya yang sederhana, pernah dirusak dan dihancurkan massa tak bersisa. Sungguh Allah telah memberikan anugerah Alzheimer untuknya. Setiap hal yang penting akan ditulisnya, dan aku adalah juru tulisnya. Jika ia lupa, ia kemudian membuka-buka buku tulisku. Tentang apa saja yang sudah terjadi hari ini. Tentu, aku tidak akan memasukkan satu kejadian kelam, teror terburuk sepanjang hidupnya. Teror yang oleh kehendakNya dibuat bagai debu yang menempel di wajah, terbawa angin.

     ’Ini siapa?’’, tanya Bapak menunjuk dirinya. ’’Emboh’’, jawab nenek sambil tertawa. Bapak tahu nenek sedang bercanda pura-pura tidak mengingat anaknya. Namun di hati Bapak, ada rongrongan rasa yang tak terkias ketika harus menjawab, ’’Rumah Ibu itu sudah terlalu tua, lagi didandani sama Rozaq niko’’, sambil Bapak menunjuk Rozaq, adiknya.
Aku tahu hati Bapak teriris iris, karena yang terjadi, rumah tua itu justru sedang dibabat palu, parang, golok hingga menghabisi seluruh kenangan manis masa kecilnya. Sama sekali bukan rekonstruksi apa lagi renovasi. Dan karena itu, nenek harus diungsikan di tempat lain hingga berminggu-minggu.
Dua tahun kemudian, nenek meninggal dunia. Bapak mengatakan dalam bisikan terakhir setelah ibundanya menutup mata selamanya, ’’Rumah Ibu yang indah sudah selesai direnovasi sama Gusti Allah. Ibu dipersilahkan pulang. Pulang selamanya Bu’’.

***

     Itu adalah 15 tahun yang lalu. Dan tepatnya 6 November 2014 di pagi ini, bayang-bayang nenek yang dipapah oleh Pak Rozaq ke mobil untuk diungsikan, mempersilahkan segerombolan massa beringas memuaskan nafsunya untuk beranarki, hadir sejelas-jelasnya dalam memori otakku.

     Sayang, seribu sayang. Mengapa otak mengirim saya ke sebuah alamat yang tak ingin kuingat-lagi: Teror. Mengapa Allah tidak memberi saya penyakit Alzheimer.

     Pagi itu, peluru melesat di jok mobil Bapak. Ia tidak nyasar. Ia dilesatkan sepenuh jiwa ke satu titik: tempat duduk Amien Rais, dan perjalanannya harus menempuh tanki bensin. Semua orang tahu, ia direncanakan untuk meledak. Namun entah mengapa, ia tak sanggup dan hilang diantara dudukan mobil yang empuk. Ia tahu, ada Dzat yang memejankan usahanya. Atau mungkin ia sadar, 'beginikah cara yang benar membungkam manusia yang terlalu berani berbicara?'.

     Peluru itu tak main-main. Dari jarak 8 meter di luar pagar, ia berdesing kencang, sekencang angin pada dini hari yang memberi isyarat, namun tak terbaca oleh penjaga rumah, ataupun bagi penerima pesan seharusnya, yang tengah tertidur lelap. Pesan itu begitu jelas bagi Bapak dan keluarga. Pesan bahwa kami, tak akan dengan mudah ’’membeli’’ rasa aman di negeri ini.

     Rasa aman itu, harganya telah dinaikkan berjuta pangkat. Rasa aman itu produknya telah diembargo oleh sebuah peluru, yang jika melesat menembus manusia, organ tubuh pastilah sekejap beremah-remah. Rasa aman itu sudah dilabeli hanya untuk orang-orang tertentu yang masih menjangkau harganya, karena mulutnya tertutup rapat.
 
     Harga rasa aman itu memang bisa tak perlu dibeli lagi. Tak perlu ditawar lagi. Tapi tentu dengan satu dan satu-satunya syarat: Allah memberi saya dan seluruh keluarga saya penyakit Alzheimer.
Syarat itu begitu berat rasanya.
Tapi syarat itu gratis, tak berbayar. Jika Allah menghendakinya.

     Dengan si demensia Alzheimer, saya bisa berbicara sesuka hati saya. Dengan Alzheimer, saya akan mudah menggagas ide dan kreativitas tanpa batas. Dengan Alzheimer saya akan berkelana sejauh yang saya inginkan tanpa beban. Mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Tanpa rasa takut. Tanpa rasa khawatir. Tanpa rasa trauma. Tanpa tangan dan badan bergetar. Bagai orang yang menikmati rasa sehat. Semenikmat itulah barangkali rasa lupa yang diciptakan Allah bagi jiwa-jiwa yang tegar.

     Kini, saya harus menerima takdir, bahwa memang Allah tidak menasibkan saya berteman dengan Alzheimer. Apalagi memeluk erat dirinya. Allah menginginkan saya bersama orang-orang beriman, yang tidak ditakdirkanNya menjadi pikun, menaruh harapan besar kepada negeri tercinta ini. Harapan tentang kebaikan dan tercapainya rasa aman bagi setiap warga negara di dalamnya. Bahkan berharap rasa aman yang terlalu mahal itu, tolonglah digratiskan.

     Ini bukanlah suara saya semata-mata. Ini suara anak bangsa yang tetap berdiri tegap dengan hormat kepada negeri dan pengampu bangsa besar ini. Suara anak bangsa yang percaya, sebesar kepercayaannya terhadap Tuhan, bahwa hukum dan konstitusi di bumi pertiwi akan tegak bagi siapapun tak pandang bulu dan tingkat. Saya dan jutaan anak bangsa tak ingin mengidap Alzheimer hanya untuk memberi nasehat tulus yang terbaik bagi bangsa tercinta ini. Alzheimer tetaplah teman yang tak baik bagi perkembangan jiwa dan raga bangsa ini. Karena saya yakin, Alzheimer akan selalu membawa penderitanya berakhir dengan kematian.

     Saya yakin, pengampu bangsa ini akan mengungkap siapa pemilik peluru pagi itu. Dan peluru-peluru yang lain mungkin, yang menciutkan kebenaran.

     Saya masih terlalu yakin orang-orang baik akan membantu bangsa ini. Jangan pernah hempaskan keyakinan ini.

Salam.

Hanum Salsabiela Rais.


3 Oct 2014

Selamat kepada reviewer BTdLA tahap 2

Akhirnya ini dia  yang ditunggu-tunggu pemenang review Bulan Terbelah di Langit Amerika tahap 2 sudah di umumkan oleh gramedia.



Selamat ya !!!
Kepada @Rosa_Alrosyid , @seps4e , @417154, @agoeng_sis @yervihesna dan @safrida0202.
Tunggu hadiahnya akan dikirim oleh gramedia .

Buat Sahabat Cahaya lainnya tenang saja...
Tunggu program lain dari Hanum Rais yaa....

1 Oct 2014

99CDLE - The Final Edition

Ketinggalan melihat Film 99 Cahaya Di Langit Eropa? Jangan lewatkan kesempatan emas ini, 99CDLE - The FInal Edition.
Ajak seluruh keluarga karena ceritanya sangat menyentuh..



SPONSORED BY



MOVIE TRAILER

29 Sept 2014

Miliki Bulan Terbelah diLangit Amerika

Sudah punya buku terbaru karya Hanum dan Rangga?
Bulan Terbelah di Langit Amerika.
Mengapa harus punya? Karena buku ini membuat kamu akan ketagihan dari halaman pertama hingga terakhir. Bahkan bisa menjadi lupa daratan seperti Sahabat Cahaya dibawah ini hehehe... big grin




Gak percaya? Coba deh liat tingkah laku dua pembaca BTdLA yang tertangkap kamera .... atau sengaja menangkapkan dirihappy


Lupa daratan, Lupa Lautan untungnya belum hilang kesadaran :)
Masih banyak lagi kehebohan lainnya. Kamu bisa lihat di timeline twitter @BulanTerbelah


Kalau Sahabat Cahaya masih sempat, ikutin yuk review buku Bulan Terbelah. Info baca disini aja ya.... 

Mau tau apa kata mereka tentang Bulan Terbelah atau karya Hanum & Rangga lainnya? Bisa klik disini


Nah, Tunggu apalagi, pesan sekarang juga. Klik disini.

Simak trailer BTdLA

24 Sept 2014

Ikut Review Bulan Terbelah Yuk - 30 Sept 2014

Booklovers,  mau dpt merchandise Bulan Terbelah di Langit Amerika oleh-oleh khusus perjalanan Hanum Rais dan Rangga Almahendra dari Amerika seperti @glad_sandy, enciDNA , LadyCR7 atau mstfarhah? Caranya gampang,
Ikut #ReviewBTdLA yuk!

Caranya ikut #ReviewBTdLA gampang kok, simak di bawah ini ya..

1. Sebelumnya pastikan kamu mem-follow @Gramedia, @BulanTerbelah, @hanumrais dan @rangga_alma di Twitter dan like fanpage GPU di FB

2. Tulis review tentang novel Bulan Terbelah di Langit Amerika di fb/blog/goodreads-mu, tweet link-nya dengan format yang diberikan

3. Format tweet: Baca #ReviewBTdLA dari aku yuk [mention 1 orang temanmu] [link review-mu] cc: @Gramedia

4. Akan dipilih 5 #ReviewBTdLA terbaik setiap 2 minggu selama bulan September 2014

5. Pengumuman 5 pemenang pertama #ReviewBTdLA akan diumumkan pada tgl 17 September, 5 pemenang kedua pada tanggal 1 Oktober 2014

6. Masing-masing pemenang #ReviewBTdLA akan mendapatkan merchandise Bulan Terbelah di Langit Amerika oleh-oleh khusus perjalanan Hanum Rais dan Rangga Almahendra dari Amerika

Yuk tulis #ReviewBTdLA-mu sekarang juga! Siapa tahu kamu yg beruntung menjadi pemenangnya ;)

22 Jun 2014

Bulan Terbelah dengan hijabku

Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarakatuh.

Dear Mbak Hanum,

Terima kasih atas kerja keras mbak Hanum dan mas Rangga dalam membuat novel “Bulan Terbelah di Langit Amerika” sebagai wujud karya untuk menularkan semangat ‘menjadi agen Islam yang baik’ khususnya bagi masyarakat Indonesia. Sebagai seorang mahasiswa yang sempat bermukim di Amerika Serikat selama 1 tahun semasa pertukaran pelajar jaman SMA dulu, saya dapat dengan mudah merasakan spirit of the story yang disuguhkan dengan sangat apik dan cukup menarik secara alur.

Saat saya ikut program student-exchange, saya sudah berhijab selama 6 tahun. Walaupun keputusan berhijab datang dari diri saya sendiri, saya juga sempat merasa bimbang untuk tetap berhijab, khususnya karena negara yang akan saya singgahi tersebut masih menyimpan bekasan pasca tragedi kemanusiaan 9/11. Beberapa teman saya ada yang memutuskan menanggalkan hijabnya, namun beberapa ada yang mempertahankannya. Saya termasuk yang mempertahankan. Saat itu, pikiran saya sederhana: jika saya dikirim utk menjadi duta perdamaian, maka semestinya saya mempertahankan hijab saya sebagai identitas muslim saya, dan saya harus siap dengan segala konsekuensi sekalipun saya sulit dapat teman, akan dicemooh dan sebagainya. Saya membangun keyakinan pada diri saya sendiri bahwa semakin orang mempertanyakan hijab saya, semakin saya punya kesempatan untuk menjelaskan wajah Islam yang sebenarnya sebagai agama yang cinta perdamaian.

Ternyata, hipotesis saya saat itu benar. Di AS, saya tetap menggunakan hijab saya ketika di sekolah, di lingkungan host family, komunitas, dan kemanapun saya pergi. Dengan mental semi-bonek anak SMA yang ingin coba-coba, saya aktif mengikuti banyak kegiatan baik bersifat sosial (volunteering), religi, atau lomba-lomba debat. Disanalah saya banyak berdialog dengan orang Amerika dari mulai yang liberal hingga religius Kristiani dan ternyata banyak dari mereka yang belum begitu memahami nilai dibalik penggunaan hijab yang saya kenakan. Dari sana saya banyak menyampaikan apa makna hijab, mengapa saya memutuskan memakai hijab, hingga konsep menjaga kehormatan wanita dalam Islam.

Tidak jarang saya menemui teman-teman yang terkadang memandang sebelah mata, menganggap bahwa menutup aurat sama dengan merendahkan “potensi fisik wanita” yang dapat diapresiasi orang lain. Tetapi mereka menerima saya dengan terbuka, bahkan ketika saya tidak pernah segan melayani pertanyaan-pertanyaan mereka, mereka semakin banyak bertanya dan pada akhirnya memahami bahwa Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan. Mereka bahkan mengapresiasi saya, melihat bahwa hijab yang saya kenakan cukup unik.

Saya juga pernah beberapa kali dicemooh oleh orang yg tidak saya kenal di jalan, mengatakan sumpah serapah dengan kata-kata “kasar” ala Amerika. Dan alhamdulillah-nya, teman saya yang saat itu pergi bersama saya (dia bukan Muslim) malah membela saya. Dia mengejar orang tersebut dan mengajaknya bicara sejenak, hingga orang yg menghina saya itu minta maaf. Saya sendiri bahkan baru sadar bahwa saya baru saja dicemooh setelah dia minta maaf – saking cepatnya kata-kata yang dia lontarkan.

Saya merasa pengalaman tersebut seperti layaknya keajaiban yang diberikan oleh Allah Swt apabila kita tetap bepegang teguh pada keyakinan kita, dengan niat mengharapkan ridho-Nya. Tidak hanya itu, sebuah keajaiban pernah lagi terjadi ketika saya sedang pergi ke bioskop bersama sesama teman-teman pertukaran pelajar dari Jerman, Brasil, dan China, tiba-tiba ada seseorang yang menyapa saya dan memberikan kartu namanya. Saya mencoba mengirimkan surel terhadap bapak-bapak yang usianya sekitar 40 tahunan tersebut dan ternyata dia adalah salah satu Muslim Amerika yg menjadi kontraktor sukses di Atlanta, Georgia. Dia menyapa saya karena dia tahu saya adalah muslim – dari jilbab yang saya kenakan (saya jadi teringat Q.S Al-Ahzab: 59 dimana jilbab dapat berfungsi untuk menjadi “identitas” bagi yang mengenakan). Saat itulah silaturahmi mulai berlangsung dan dia memperkenalkan saya dengan komunitas muslim di Georgia, bahkan sempat mengundang ke rumah. Sayangnya, undangan tersebut tidak bisa saya penuhi mengingat saya harus pindah host family dari Georgia ke Florida.

Perpindahan tersebut sempat membuat saya sedih dan kecewa, namun ternyata Allah Swt tak henti memberikan keajaibannya pada saya. Host mother saya yang baru adalah seorang Kristiani-Episcopalian yang pernah menikah dengan seorang muslim, dan hingga kini masih menjalin silaturahmi dengan keluarga mantan suaminya di Turki. Saya kaget ketika saya hendak izin sholat di kamar, dia memberikan sebuah sajadah berbulu kepada saya. Dia bahkan masih menyimpan sajadah milik mantan suaminya di rumahnya! Dia sangat menghargai saya, bahkan dia memperkenalkan saya kepada jemaat gereja Episcopal di dekat rumah, mengajak saya kepada kegiatan komunitas disana, sehingga saya berkesempatan untuk bertemu banyak orang non-muslim. Disanalah hostmom saya membantu saya menunjukkan image Islam yang cinta perdamaian kepada orang-orang disana, mengajak saya untuk ikut komunitas muslim West Palm Beach di Florida, hingga membantu membuatkan gaun prom yang syar’i untuk saya. Alhasil, saya berhasil membangun hubungan yang positif di sekolah, di lingkungan gereja, maupun di komunitas yang saya ikuti.

Apa yang mbak Hanum dan mas Rangga ceritakan dalam novel “Bulan Terbelah di Langit Amerika” mengingatkan saya akan pengalaman saya tersebut. Terlepas dari metode penulisan mixing antara fiksi dan non-fiksi tersebut, saya sangat mengapresiasi novel religi yang satu ini. Menurut saya, pesan yang disuguhkan bahwa falsafah nilai-nilai Islam memiliki peranan yang penting dalam kehidupan umat manusia lebih terasa kuat dibandingkan “99 Cahaya di Langit Eropa”, walaupun keduanya sama-sama menyentuh sisi spiritual pembaca. Saya sangat menikmati kedua novel mbak Hanum, dan saya berharap pencapaian yang cukup fenomenal sebagai novel National Best Seller ini tidak berhenti sampai disini.

Sebagai pengamat dan mahasiswa yang baru saja lulus kuliah, saya merasa bahwa PR kita sebagai agen muslim yang baik itu masih banyak sekali. Seiring kuatnya budaya yang menjunjung tinggi nilai-nilai “kebebasan”, tantangan bagi Islam untuk menunjukkan relevansinya terhadap perkembangan zaman pun semakin berat. Di satu sisi, budaya islami saat ini kian terkondisikan dengan adanya tren hijabers, meningkatnya produksi buku-buku, sinetron religi dan film bertema Islam, bahkan apresiasi terhadap artis Muslim yang berhijab. Namun di sisi lain, mulai maraknya pergaulan bebas, tinggal bersama antara ikhwan-akhwat sebelum menikah, dan budaya lainnya yg bertentangan dengan nilai-nilai Islam juga menyisakan pertanyaan dan tantangan bagi kita untuk menunjukkan Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin.

Saya (yang kini masih jadi penulis amatiran) menyimpan harapan kepada mbak Hanum dan mas Rangga agar ke depan senantiasa mampu melahirkan karya-karya yang dapat menjadi pencerahan bagi masyarakat, khususnya bagi masyarakat Indonesia sebagai negara dengan pemeluk agama Islam terbesar di dunia yang menjunjung tinggi nilai demokrasi dan kesetaraan.

Seperti layaknya mbak Hanum yang pernah ragu mengirimkan CV kepada harian Heute ist Wunderbar, saya sendiri sempat ragu untuk mengirimkan surel ini sehingga anggap saja ini sebagai surat pembaca yang tidak sengaja nyasar. Mungkin juga surat saya ini satu dari sekian ribu surat pembaca yang masuk ke kotak surel mbak Hanum sehingga nilainya tidak seberapa. Apapun yang terjadi, saya hanyalah seorang pembaca yang peduli dan sangat mengapresiasi hasil karya mbak Hanum dan mas Rangga. Semoga surat ini dapat menjadi inspirasi, atau paling tidak dapat menjadi pembuka tali silaturahmi antara sesama pembelajar menjadi agen muslim yang baik :)


Akhirul kalam, Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarakatuh.

Dikirim oleh CINTA MAULIDA

20 Jun 2014

Kata Mereka Tentang Bulan Terbelah

Hanum Rais Management mengucapkan terimakasih kepada Sahabat Cahaya yang telah mengirimkan pengalaman yang mengispirasinya setelah membaca novel karya kami, "Bulan Terbelah".

Bagi yang ingin cerita inspirasinya termuat dalam blog ini , silahkan kirimkan inspirasi kamu ke hanurais[at]gmail.com
Bagi tulisan yang terpilih akan dipublikasikan disini.

Berikut beberapa tulisan Sahabat Cahaya :

Sony Wibisono - 90

90 Persen tulisan berdasarkan fakta
Suara Merdeka Cetak
Selasa, 16 September 2014

Hanum mengakui, dunia jurnalistik sangat mempengaruhi pilihannya menjadi penulis. Saat di Eropa ia menjadi kontributor media online untuk tulisan-tulisan feature. Ia pun mengakui novelnya, terutama 99 Cahaya di Langit Eropa banyak beranjak dari fakta.

Bukti sejarah apa yang membuat hanum terkagum-kagum akan toleransi di negara eropa? Baca kisah lengkap disini
» baca selengkapnya

Cinta Maulida

Menjadi agen Islam yang baik
Cinta Maulida – via email
Kamis 11 September 2014

Saat saya ikut program student-exchange, saya sudah berhijab selama 6 tahun. Walaupun keputusan berhijab datang dari diri saya sendiri, saya juga sempat merasa bimbang untuk tetap berhijab, khususnya karena negara yang akan saya singgahi tersebut masih menyimpan bekasan pasca tragedi kemanusiaan 9/11. Beberapa teman saya ada yang memutuskan menanggalkan hijabnya, namun beberapa ada yang mempertahankannya.

Lalu bagaimana dengan saya? Baca kisah lengkap saya disini dan bagaimana Bulan Terbelah memiliki hubungan dengan kisah saya. happy
» baca selengkapnya

9 Jun 2014

Selamat Pemenang Lomba Twitter dan Facebook BTdLA

Pastikan nama kamu ada dalam daftar pemenang lomba Twitter dan Facebook BTdLA.
SELAMAT YAAA !!!


Klik gambar untuk melihat gambar pemenang

27 May 2014

SINOPSIS BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA (BTdLA)


Bulan Terbelah di Langit Amerika

Oleh Hanum Salsabiela RaisRangga Almahendra
Amerika dan Islam. Sejak 11 September 2001, hubungan keduanya berubah.

Semua orang berbondong-bondong membenturkan mereka. Mengakibatkan banyak korban berjatuhan; saling curiga, saling tuding, dan menyudutkan banyak pihak.

Ini adalah kisah perjalanan spiritual di balik malapetaka yang mengguncang kemanusiaan. Kisah yang diminta rembulan kepada Tuhan. Kisah yang disaksikan bulan dan dia menginginkan Tuhan membelah dirinya sekali lagi sebagai keajaiban.

Namun, bulan punya pendirian. Ini untuk terakhir kalinya. Selanjutnya, jika dia bersujud kepada Tuhan agar dibelah lagi, itu bukan untuk keajaiban, melainkan agar dirinya berhenti menyaksikan pertikaian antarmanusia di dunia.
                                                                             -----------------------------------------------------------

“Apa? Wajah Nabi Muhammad junjunganku terpahat di atas gedung ini? Apa-apaan ini! Penghinaan besar!” seruku pada Julia. Mataku hampir berair menatap patung di dinding Supreme Court atau Mahkamah Agung Amerika Serikat, tempat para pengadil dan terhukum di titik puncak negeri ini.

“Jangan emosi. Tak bisakah kau berpikir lebih jauh, Hanum? Bahwa negeri ini telah dengan sadar mengakui Muhammad sebagai patron keadilannya. Bahwa Islam dan Amerika memiliki tautan sejarah panjang tentang arti perjuangan hidup dan keadilan bagi sesama.
“Akulah buktinya, Hanum.”


                                                                           -------------------------------------------------------------
Kisah petualangan Hanum dan Rangga dalam 99 Cahaya di Langit Eropa berlanjut hingga Amerika. Kini mereka diberi dua misi berbeda. Namun, Tuhan menggariskan mereka untuk menceritakan kisah yang dimohonkan rembulan. Lebih daripada sekadar misi. Tugas mereka kali ini akan menyatukan belahan bulan yang terpisah. Tugas yang menyerukan bahwa tanpa Islam, dunia akan haus kedamaian.

LOMBA AVATAR TWITTER DAN FACEBOOK BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA


Dear readers, salaam 99 Cahaya. Menyusul kesuksesan 99 Cahaya di Langit Eropa, Hanum Rais dan Rangga Almahendra bersama Gramedia dan HanumRais Management mengadakan kompetisi Bulan Terbelah di Langit Amerika!

Ikutan lomba ganti avatar Twitter dan Profile Facebook untuk mendapatkan buku gratis pertama pembaca Bula  Terbelah di Langit Amerika (BTdLA) 

Excited?

Gini caranya:



1. Ganti avatar twittermu dengan cover buku BTdLA yang bisa diunduh gambar nya di http://bit.ly/BTdLA

2. Setelah ganti, tweet : Saya mau jadi orang pertama yang baca #BTdLA @BulanTerbelah cc @hanumrais @rangga_alma @Gramedia

3. Satu orang cukup meng-tweet satu kali saja. Tidak boleh lebih. Jika berulang, gugur.

4. Follow ke empat akun di atas, karena pengumuman akan diumumkan via DM

5. Tweetmu ditunggu sampai Selasa, 3 Juni 2014 jam 24.00 WIB. Jika melebihi, maka dinyatakan gugur. Jangan ganti-ganti avatar hingga waktu tersebut.

6. Dari seluruh yang meng tweet, akan dilakukan 10 pemenang secara acak untuk mendapatkan 10 buah buku Bulan Terbelah di Langit Amerika lebih awal.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

1. Ganti profile facebookmu dengan cover buku BTdLA yang bisa diunduh gambar nya di http://bit.ly/BTdLA

2. Di caption profile picture tulislah : Nggak sabar mau jadi orang pertama yang baca Bulan Terbelah di Langit Amerika karya Hanum Rais dan Rangga Almahendra . Kemudian tag/mention Gramedia Pustaka Utama di foto tersebut

3. Untuk bisa tag/mention kamu harus LIKE fanpage Gramedia yaitu http://facebook.com/GramediaPublisher

4. Penggantian profile pic dan mention tag ditunggu sampai Rabu, 4 Juni 2014 pukul 24.00 WIB. Selebih dari waktu tersebut, maka dianggap gugur. Jangan ganti ganti profile pic hingga waktu tersebut.

5. Dari semua yang sudah mengganti profile picture, akan dipilih 5 orang pemenang secara acak untuk mendapatkan buku Bulan Terbelah di Langit Amerika lebih awal.


Nama nama pemenang akan diumumkan pada Jumat 6 Juni 2014.

Ayo buruan ikutan dan jadilah pembaca pertama Bulan Terbelah di Langit Amerika!

23 May 2014

Pesan Buku Bulan Terbelah di Langit Amerika



MOHON MAAF


UNTUK SEMENTARA HANUM RAIS MANAGEMENT TIDAK MELAYANI PEMBELIAN VIA ONLINE. DAPATKAN BUKU DI GRAMEDIA TERDEKAT ATAU BUKALAPAK.COM.




JUDUL BUKU : "BULAN TERBELAH DILANGIT AMERIKA"
* HARGA : Rp. 85.0000,- (pulau jawa)
                     Rp. 130.000,- (luar pulau jawa)
BONUS : TANDA TANGAN PENULIS
*sudah termasuk ongkos kirim

CARA PEMESANAN BUKU, klik disini
  • Kirimkan pesanan judul dan jumlah buku ke alamat Email : hanumrais[at]gmail.com atau SMS ke +62 857-9935-2562/Umi, disertai dengan nama lengkap serta alamat tujuan pengiriman.
  • Email/SMS/Pesan Facebook akan kami respon dengan cepat.
  • Jika sudah sesuai dengan jumlah pemesanan, silahkan Anda transfer ke :
    Bank Mandiri - KC Yogyakarta Gedung Magister
    A/C : 137-00-10735-328
    A.n UMI IRVIANA



  • Dimohon untuk konfirmasi pembayaran dan informasi bank yang digunakan dan jika telah melakukan transfer diharapkan konfirmasinya melalui SMS ke  +62 857 9935 2562/Ummi, atau email hanumrais[at]gmail.com.
  • Dapatkan diskon khusus untuk pembelian dalam jumlah besar.

11 Mar 2014

DAPATKAN BUKU 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA "LIMITED EDITION" DI TOKO BUKU GRAMEDIA ATAU VIA HANUM RAIS MANAGEMENT (SMS/WA  0857 9935 2562)

BONUSNYA :
  • TANDA TANGAN PENULIS
  • FOTO-FOTO BEHIND THE SCENE YANG KERENN
  • TIPS MEMFILMKAN NOVEL

BURUAN.....
PERSEDIAAN TERBATAS!!!



15 Jan 2014

DAPATKAN MERCHANDISE CANTIK "99 CAHAYA DI LANGIT EROPA" UNTUK SETIAP PEMBELIAN BUKU KARYA HANUM RAIS.

PERSEDIAAN TERBATASSS.......