Mungkin terdengar subyektif, karena saya adalah putrinya. Tapi ketika Bapak meluangkan waktunya yang sempit untuk hadir menjemput Sarahza dr RS Hermina hari itu, saya berlinang air mata. Saya jadi teringat bahwa masa kecil saya mungkin berbeda dengan masa kecil kebanyakan orang. Rumah kami, pintunya terbuka untuk semua orang.
Sejak kecil, saya sudah terbiasa ditinggal Bapak untuk pengajian di Muh, kegiatan dakwah sana sini, hingga suatu hari saya merenung: saya mengikhlaskan, Amien Rais bukanlah bapak saya pribadi tapi saya 'wakafkan' untuk umat di luar sana juga. Tapi tahukah Anda? Di luar sepak terjang perjuangannya yang tampak di TV, di media, ia tetaplah ayah bagi putra putrinya.
Sejak kecil, saya sudah terbiasa ditinggal Bapak untuk pengajian di Muh, kegiatan dakwah sana sini, hingga suatu hari saya merenung: saya mengikhlaskan, Amien Rais bukanlah bapak saya pribadi tapi saya 'wakafkan' untuk umat di luar sana juga. Tapi tahukah Anda? Di luar sepak terjang perjuangannya yang tampak di TV, di media, ia tetaplah ayah bagi putra putrinya.
Suatu dinihari, saya terbangun untuk ke belakang, kebetulan hari itu saya tidur di rumah Ortu. Saya mendengar seseorang tengah bertahajud dan saya mengenal suaranya, Bapak. Terdengar doa beliau berkali kali seperti ini: "Rabbana Habla Hanum wa Rangga milladunka dzurriyatan thoyyibatan innakasaamiiuddu'aaa. Tak perlu tahu artinya, saya tahu maksudnya karena ia menyebut nama saya dan Rangga berkali-kali. Doa apakah selain permohonannya untuk sang Khalik memberikan keturunan pada putrinya segera? Saya berdiri tertegun di balik pintu. Saya menitik air mata😑. Bapak sampai menghela nafas panjang dan terdengar suara hidungnya yg basah. Mgkn itu salah satu asanya, ingin melihat saya memiliki keturunan. Doa Bapak sehabis sholat yg tak pernah padam ini juga disaksikan para pejuang subuh di masjid dekat rumah. "Pak Amien tiap habis ngimami Subuhan di masjid menyelipkan doa buat Mba Hanum dan Mas Rangga dan mohon semua jamaah mengamininya", kata salah satu jamaah.
Ketika akhirnya saya hamil dan akhirnya melahirkan Sarahza, pejuang Subuh lainnya memggumam: "berdoa tanpa putus itu spt menyusun anak tangga yg semakin tinggi. Awalnya hanya setinggi sekian centi, lalu kita naik. Kita buat lagi, jadi sekian puluh centi hingga akhirnya ratusan meter dan menyentuh bahkan menyundul langit. Disitulah, langit membuka pintu. Apalagi yg mendoakan banyak, tangganya makin cepat tinggi dan makin banyak menyundul langit beramai-ramai. Pasti yg di atas langit gak mgkn gak mbukain, Mbak"
0 comments:
Post a Comment
Hi 99ers,
Silahkan ajukan pertanyaan , saran ataupun kritik tentang karya dan kegiatan hanum rais. Kami akan menjawabnya. No question yang menyinggung SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan) ya ^_^ dan
Mohon maaf bila responnya lama :)