6 Mar 2013

Jika Anjing menjadi Tuan




Hanum Salsabiela Rais – detikNews

Wina - Bau amis menyengat di beberapa sudut jalan di Kota Wina. Bukan amis bau pasar ikan. Juga bukan bau amis sungai yang penuh tumpukan sampah, karena sungai dan danau di Wina sangatlah bersih dan asri.

Bau tak sedap tersebut tak lain berasal dari kotoran anjing yang berserakan di jalan jalan seputar Kota Wina. Di musim salju dan hujan yang kerap turun akhir-akhir ini, tampaknya mempercepat tersebarnya polusi udara.

Seperti dirilis koran Heute, pemerintah Wina belakangan ini disibukkan dengan urusan membersihkan kotoran anjing. Sejak beberapa bulan terakhir, menurut Catatan Sipil Kota Wina, kepemilikan anjing oleh warga Wina meningkat tajam. Dus, kotoran anjing pun berbanding lurus jadi melimpah.

Saking pusingnya, tampaknya pemerintah Wina memberlakukan kebijakan denda kotoran anjing. Barang siapa yang terdapati membiarkan anjingnya buang hajat sembarangan maka si pemilik akan dikenai denda 36 Euro atau sekitar Rp 544.089.

Efektifkah? Melihat dari masih banyaknya kotoran anjing bergelimang di mana-mana, agaknya kebijakan masih belum disadari penuh. Jika sudah begitu, lalu siapa yang patut disalahkan? Tentu bukan si anjing, karena anjing tetaplah anjing alias binatang. Yang paling bertanggung jawab adalah si tuannya.


Anjing di Austria, atau juga di negara Barat lainnya, memang menjadi bagian terpenting dari sebuah keluarga. Ia memiliki sertifikat kelahiran seperti halnya manusia. Posisi anjing sudah bukan seperti penjaga atau penghibur belaka. Namun lebih dari itu, anjing telah dianggap salah satu keluarga inti seperti halnya anak kecil yang dimanjakan.

Bayangkan saja, sebuah data dari Universitas Virginia menyebutkan, kebutuhan untuk pemeliharaan nutrisi dan kesehatan di negara-negara berkembang memerlukan USD 13 miliar pertahun. Sementara, jumlah pengeluaran untuk kebutuhan anjing di Eropa dalam setahun bisa mencapai USD 17 miliar. Bayangkan bila dana yang terhambur untuk anjing itu bisa terdistribusi untuk kesejahteraan manusia di dunia yang masih hidup kekurangan.

Perlakuan terhadap anjing pun hampir sejajar dengan perlakuan seperti manusia pada umumnya. Misalnya, layaknya penumpang kereta, anjing pun dikenai tarif tiket transportasi bila menggunakan jasa tranportasi umum di Austria. Anjing juga leluasa berkeliaran di mall dan pusat perbelanjaan. Sampai-sampai anjing pun mendapat ruang khusus dalam lalu lintas dan jalanan. Banyak rambu yang dipasang untuk mengatur kaum anjing.

Ironisnya lagi, dalam hal menerima penghuni apartemen, kadang pemilik apartemen lebih memilih tenant yang memiliki anjing daripada anak kecil. Seolah anjing bukan lagi hamba manusia, justru yang berlaku adalah sebaliknya. Termasuk menyangkut kotoran si anjing. Tak jarang sang tuan rela menunggui sang 'buah hati' membuang hajat, dan memungut kotorannya dengan plastik yang telah disiapkan.

"Itu lebih baik, daripada mereka (anjing) dibiarkan (maaf, menahi) sembarangan, tanpa menguburnya," ujar Phillips, warga yang kesal karena sering menginjak kotoran anjing. "Di mana-mana seperti banjir kotoran anjing," Phillips berkias.

Jika Anjing Menjadi Tuan
(sal/nrl) detiknews

0 comments:

Post a Comment

Hi 99ers,
Silahkan ajukan pertanyaan , saran ataupun kritik tentang karya dan kegiatan hanum rais. Kami akan menjawabnya. No question yang menyinggung SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan) ya ^_^ dan
Mohon maaf bila responnya lama :)