ASSALAMUALAIKUM Wr. Wb
Apa kabar pak amien? Semoga ALLAH senantiasa melindungi pak amien dan keluarga. Perkenalkan terlebih dahulu, nama saya M Nurdiana. Saat ini saya sedang duduk d bangku perkulihan semester I jurusan hubungan internasional universitas muhammadiyah malang. Saya menulis surat ini hanya sekedar ingin melepas rindu pada pak amien. Mengingat bahwa saya mengagumi pak amien dari kelas 6 SD.
Saya bahkan masih ingat pertama kali saya bertemu pak amien di sela-sela padatnya jadwal pak amien berkampanye untuk pemilu 2004. Pesisir pantai surabaya – kenjeran – sukolilo. Saya dan teman-teman yang saat itu masih duduk di bangku kelas 6 SD muhammadiyah 25 surabaya pergi mengayuh sepedah kecil kami menuju pesisir pantai yang jaraknya berpuluh-puluh kilometer dari sekolah. panas dan keringat – tapi kami tetap semangat mengayuh sepedah kecil kami menuju pesisir pantai hanya untuk memamerkan sebuah coretan di atas kertas karton putih yang bertuliskan “KAMI MENDUKUNG PAK AMIEN RAIS SEBAGAI PRESIDEN RI 2004”. 2 jam kiranya kami semua menunggu kedatangan pak amien ke sukolilo. Hingga kemudian terdengar sirine polisi yang menandakan bahwa orang penting itu telah datang – ya – pak amien datang, diantar mobil mewah berwarna hitam. Bapak turun dari mobil dan segera menempati kursi yang telah disediakan oleh panitia. Dan kami – bocah-bocah cilik SD muhammadiyah 25 – berdiri mengusap keringat lalu membentangkan karton putih itu agar pak amien bisa membacanya. Benar saja pak amien melirik kami, mungkin karna kami satu-satunya bocah cilik yang hadir dalam form muhammadiyah itu. pak amien tersenyum – mengacungkan jempol lalu mengangguk – seolah berkata ‘bagus’ pada kami. Apa pak amien tahu? betapa senangnya kami melihat kode itu dari kejauhan. Ya – kami hanya bisa berdiri melihat pak amien dari jarak 25 meter karna ketatnya pengawasan terhadap pak amien.
saya bahkan masih menyimpan puluhan postcard bergambar amien-siswono yang dibagikan setelah acara tersebut. esoknya, kami juga mendapat stiker bergambar pak amien -- dan saya langsung menempel stiker-stiker itu di tembok depan rumah. orang-orang kampung yang awam akan pak amien, dengan tak bertanggung jawab merobek nya. lalu berkata, "opo iki? amien rais? gak payu!(gak laku)". sakit hati saya mendengar itu. saya yang waktu itu masih berumur 14 tahun, hanya bisa marah -- keluar rumah dan langsung 'misuh' (mengucapkan kata kasar&kotor khas surabaya). saya memang masih bocah SD..tapi apa salahnya jika saya nge-Fans sama pak amien? saya membela pak amien, bukan karna pak amien orang muhammadiyah -- tapi karna pak amien ganteng !! yaa -- itulah yang ada dipikiran saya waktu masih duduk di kelas 6. kenapa orang-orang kampung ituu gak bisa ngerti? dan sekarang -- 6 tahun setelah pemilu 8 juli 2004, saya membeli novel biografi tulisan mbak hanum -- dan konyolnya saya jadi kangen pak amien lagi :)
singkat cerita, saya hanya ingin bertanya, kemana kah pak amien sekarang?
pak amien yang dulu berkoar-koar menuntut reformasi -- pak amien yang kemarin mengkritik pemerintahan SBY..apa yang akan pak amien lakukan lagii melihat banyak mahasiswa berusaha menurunkan pak SBY?
pertanyaan inii yang sering teman-teman saya tanyakan ketika saya membaca novel biografi tulisan mbag hanum ..
saya bingung mau menjawab apa? sementara, mereka yg bertanya -- sebagian mengaku pernah mengagumi pak amien --
jika sempat, saya berharap besar, pak amien mau membalas surat saya -- atau mungkin sekedar berkunjung ke kampus saya -- sekalian ngobatin kangen saya pak :)
sekian surat dari saya -- terimakasih telah meluangkan waktu untuk membaca surat kangen saya ..
salam rindu,
M Nurdiana
nb : surat ini, insyaallah akan saya kirim ke alamat rumah pak amien di yogyakarta :)
source : notes FB Hanum Rais
Surat tidak mengalami editing
0 comments:
Post a Comment
Hi 99ers,
Silahkan ajukan pertanyaan , saran ataupun kritik tentang karya dan kegiatan hanum rais. Kami akan menjawabnya. No question yang menyinggung SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan) ya ^_^ dan
Mohon maaf bila responnya lama :)